Mata Uang Asia Hancur, Rupiah Melambung Ke 14.543 Per Dollar AS
Tabloid Nasional. Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.543 per dolar AS pada perdagangan pasar spot pagi ini, Jumat (23/11). Posisi ini menguat 37 poin atau 0,25 persen dari kemarin sore, Kamis (22/11), di Rp14.580 per dolar AS.
Di kawasan Asia, rupiah menguat hanya bersama dolar Hong Kong 0,04 persen. Sedangkan mayoritas mata uang Asia lainnya bersandar di zona merah.
Peso Filipina melemah 0,14 persen, won Korea Selatan minus 0,11 persen, renminbi China minus 0,06 persen, baht Thailand minus 0,05 persen, yen Jepang minus 0,04 persen, ringgit Malaysia minus 0,02 persen, dan dolar Singapura minus 0,01 persen.
Sementara, mata uang utama negara maju bergerak variasi. Rubel Rusia melemah 0,12 persen dari dolar AS. Diikuti dolar Kanada dan dolar Australia, masing-masing minus 0,04 persen dan minus 0,03 persen.
Namun, poundsterling Inggris stagnan. Sedangkan franc Swiss dan euro Eropa masing-masing menguat 0,03 persen dan 0,06 persen.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan menutup akhir pekan dengan penguatan karena masih memanfaatkan momen pelemahan dolar AS. Mata uang Negeri Paman Sam diperkirakan tetap melanjutkan pelemahan karena minim sentimen baru.
"Selain itu, pelemahan dolar AS terjadi karena menjelang libur Thanksgiving, sehingga turut menopang penguatan rupiah," katanya, Kamis (23/11).
Mata uang utama negara maju terpantau bergerak positif, khususnya euro Eropa seiring munculnya persetujuan antara Uni Eropa atas keluarnya Inggris (Britania Exit/Brexit). Di sisi lain, penguatan euro Eropa juga terpengaruhi pertemuan bulanan bank sentral Eropa (The European Central Bank/ECB).
"Pertemuan ini akan memberi indikasi arah kebijakan moneter ECB ke depan, termasuk dalam membantu perbankan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Zona Eropa," jelasnya.
Di kawasan Asia, rupiah menguat hanya bersama dolar Hong Kong 0,04 persen. Sedangkan mayoritas mata uang Asia lainnya bersandar di zona merah.
Peso Filipina melemah 0,14 persen, won Korea Selatan minus 0,11 persen, renminbi China minus 0,06 persen, baht Thailand minus 0,05 persen, yen Jepang minus 0,04 persen, ringgit Malaysia minus 0,02 persen, dan dolar Singapura minus 0,01 persen.
Sementara, mata uang utama negara maju bergerak variasi. Rubel Rusia melemah 0,12 persen dari dolar AS. Diikuti dolar Kanada dan dolar Australia, masing-masing minus 0,04 persen dan minus 0,03 persen.
Namun, poundsterling Inggris stagnan. Sedangkan franc Swiss dan euro Eropa masing-masing menguat 0,03 persen dan 0,06 persen.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan menutup akhir pekan dengan penguatan karena masih memanfaatkan momen pelemahan dolar AS. Mata uang Negeri Paman Sam diperkirakan tetap melanjutkan pelemahan karena minim sentimen baru.
"Selain itu, pelemahan dolar AS terjadi karena menjelang libur Thanksgiving, sehingga turut menopang penguatan rupiah," katanya, Kamis (23/11).
Mata uang utama negara maju terpantau bergerak positif, khususnya euro Eropa seiring munculnya persetujuan antara Uni Eropa atas keluarnya Inggris (Britania Exit/Brexit). Di sisi lain, penguatan euro Eropa juga terpengaruhi pertemuan bulanan bank sentral Eropa (The European Central Bank/ECB).
"Pertemuan ini akan memberi indikasi arah kebijakan moneter ECB ke depan, termasuk dalam membantu perbankan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Zona Eropa," jelasnya.
Komentar
Posting Komentar